Simply Anonymous

17.1.04

Dewasa ?

Kapan sigh aku dewasa ? Kapan sigh aku bisa dikatakan beranjak dewasa ? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini mungkin bagi kalian juga sering muncul. Pas lagi ngelamun, pas lagi (maaf) be'ol (soalnya seringkali inspirasi timbul pas perjuangan ini... :p ), pas ngga ada kerjaan, pas apa saja. Apa aku sudah cukup dewasa, atau apakah aku lebih dewasa dari si anu? Atau si anu lebih dewasa darisi itu yang kelihatannya kekanakan ?
Iklan rokok bilang "jadi tua itu pasti, jadi dewasa itu pilihan". Benarkah seperti itu ? Ada sebuah diskusi menarik (lagi-lagi pake YM!) tentang kedewasaan ini, yang dimulai dari pengenalan dan pemahaman konsep. Begini ceritanya...

catatan :
general_suharto = me !
sorry, lagi-lagi nama temen chat aku sensor demi keamanan nasional :p


general_suharto (9:17:20 AM): sebenarnya yang paling penting adalah mengerti konsep
general_suharto (9:17:34 AM): kalo mulai belajar dari konsep, semua akan lancar
septiaxx (9:18:11 AM): iya apalagi klo pelajaran hitungan
septiaxx (9:18:39 AM): meskipun soalnya dibikin yg kyk gimana pun
septiaxx (9:18:47 AM): kita tetep bisa ngerjainnya
general_suharto (9:18:53 AM): tebul
general_suharto (9:19:38 AM): nantinya ketika menghadapi sebuah permasalahan kita akan terbiasa mengatasinya secara konseptual
general_suharto (9:19:47 AM): pemahaman masalah akan lebih mudah
septiaxx (9:24:19 AM): betul itu
general_suharto (9:26:11 AM): soale daripada ngapalin rumus sampe berbusa-busa tapi konsepnya ngga kepegang bakalan gampang lupa
septiaxx (9:26:43 AM): iya sih
septiaxx (9:26:55 AM): percuma hafal rumus klo gak tau penerapan nya
general_suharto (9:27:25 AM): betul itu
general_suharto (9:27:30 AM): seperti kehidupan ini


Nah, aku sendiri meyakini bahwa konsep memegang peranan penting dalam kelanjutan pemahaman permasalahan secara keseluruhan. Karena konsep merupakan sebuah pondasi dalam berpikir. Dengan pemahaman terhadap suatu konsep bisa dibilang 70 % bagian permasalahan sudah di tangan. Sisanya adalah bagaimana konsep tersebut diterapkan menjadi sebuah keputusan. Dan pemahaman konsep ini nggak cuman dalam ilmu akademis yang berhubungan dengan rumus dan perhitungan matematis. Dalam kehidupan ini, konsep juga memegang peranan dalam memberikan arah pada kita. Mau jadi apa kita nantinya, tergantung bagaimana kita memahami konsep kehidupan kita masing-masing.


general_suharto (9:28:17 AM): kalo kita nggak tau bagaimana menerapkan pelajaran yang kita dapatkan dengan bijaksana, hidup akan terasa sulit
septiaxx (9:28:43 AM): masa sih??
general_suharto (9:29:42 AM): iya. orang hidup harus bisa menemukan pelajaran dari kehidupannya untuk kemudian dengan bijaksana memfilter yang didapatkan sehingga pelajaran yang baik akan bisa dia gunakan
septiaxx (9:31:38 AM): klo dia blom ngambil hikmah dari apa yg tlah dia lakuin, gimana hayo??
general_suharto (9:33:26 AM): kita sendiri kadang ngga tau apa kita sudah melakukannya ato belum
general_suharto (9:33:37 AM): karna yang akan merasakan itu kita sendiri
septiaxx (9:33:57 AM): emg gitu??
general_suharto (9:34:24 AM): aku sendiri pernah mengalami konflik batin tentang apa sih aku ini sebenarnya, dan mau kemana aku
septiaxx (9:34:49 AM): solusinya gimana?/
general_suharto (9:35:15 AM): jadi pas itu, aku sampai bingung, begini ceritanya
general_suharto (9:37:22 AM): aku termasuk orang yang idealismenya tinggi
general_suharto (9:37:46 AM): nggak pernah ninggalin ibadah, selalu berusaha baik sama orang, ngga perduli orang itu jahat padaku
general_suharto (9:37:55 AM): yah, pokoknya ideal lah
septiaxx (9:38:08 AM): trus
general_suharto (9:38:38 AM): sampe aku mencapai keadaan dimana aku merasa kecewa dengan segala idealisme aku
general_suharto (9:39:34 AM): aku merasa, bahwa ternyata idealisme aku nggak bisa menjadikan aku mendapatkan apa yang aku inginkan
general_suharto (9:42:38 AM): tapi keadaan menjadi kelihatan buruk ketika aku membandingkannya dengan idealisme yang aku bangun
general_suharto (9:43:10 AM): seolah apa yang aku lakukan selama ini nggak berjalan dengan benar
general_suharto (9:43:32 AM): bahkan seolah timbul kekecewaan dalam diri aku
general_suharto (9:43:41 AM): kalo aku jahat sekalian gimana
general_suharto (9:44:37 AM): dari kekecewaan itu timbul niat yang agak menyimpang
septiaxx (9:44:59 AM): apa tuh?/
general_suharto (9:45:59 AM): seolah ada dorongan begini : ngapain aku baik sama teman kalo yang ngga baik aja, bisa berteman juga
general_suharto (9:46:25 AM): ngapain aku ibadah susah2 kalo yang ngga ibadah hidupnya keliatan lebih menyenangkan
general_suharto (9:46:34 AM): sampai seperti itu
septiaxx (9:47:24 AM): koq bisa sih
septiaxx (9:47:29 AM): kyk gitu
general_suharto (9:47:44 AM): nah, itulah...
general_suharto (9:47:56 AM): tapi dari sana aku secara pribadi bisa ambil banyak pelajaran
septiaxx (9:49:08 AM): brarti kmu dah dewasa donk ya
general_suharto (9:49:34 AM): kedewasaan nggak bisa ditentukan dengan satu aspek saja
general_suharto (9:49:47 AM): aku masih merasa belum cukup dewasa.
septiaxx (9:52:25 AM): masa sih
septiaxx (9:52:52 AM): tp kan klo dia udah bisa ngambil hikmah dr apa yg tlah dia lakuin
septiaxx (9:53:05 AM): tuh brarti org tsb dah mulai bernjak dewasa
general_suharto (9:53:31 AM): minimal beranjak
general_suharto (9:53:50 AM): mungkin kamu sendiri pernah mengalaminya, walau kamu ngga menyadari hal itu
general_suharto (9:57:19 AM):
septiaxx (9:59:40 AM): iya sih
septiaxx (9:59:50 AM): thx ya


Nah !
Bener nggak sih aku sudah dewasa ? Aku rasa tidak, minimal belum. Aku sendiri berpendapat bahwa aku belum cukup dewasa. Aku baru sampai pada tahap "beranjak" dewasa. Transisi dari fase remaja ke fase dewasa. Banyak aspek yang harus dipenuhi sehingga fase kedewasaan itu terraih. Aspek itu juga ngga semua orang sama pencapaiannya.
Kedewasaan juga nggak bisa ditentukan dari segi fisik saja, misalnya terjadinya perubahan bentuk organ tubuh de el el. Sampai sekarang aku belum menemukan pengertian kedewasaan yang standar secara universal. Mungkin belum ketemu saja.
Bagiku, kedewasaan seseorang tingkatnya tidak sama. Kemampuan seseorang mencapai kedewasaan berbeda satu sama lain. Pemahaman kedewasaan ini pun berbeda-beda. Pemahaman ini berjalan berbanding lurus dengan waktu. Namun Hasil yang diperoleh belum tentu berbanding lurus. Bisa saja orang dengan paras dewasa, ternyata sikapnya masih sangat kekanakan bagi orang lain. Atau malah sifat kekanakan tersebut ternyata lebih dewasa daripada anggapan orang lain. Konsep ini memang agak rumit untuk dijabarkan. Dan diskusinya pun ngga bakalan selesai dalam waktu 1 atau 2 jam sampe berbusa-busa. Konsep kedewasaan sepatutnya menjadi sebuah pemahaman yang melibatkan tidak hanya pikiran dan akal sehat, tetapi juga hati dan kemauan yang ditimbulkan dari perasaan yang bersih dan mau menerima masukan dengan lapang dada.

Sekarang giliran kamu, seberapa dewasakah kamu ?

0 Comments:

Post a Comment

<< Home