Simply Anonymous

17.1.04

Dewasa ?

Kapan sigh aku dewasa ? Kapan sigh aku bisa dikatakan beranjak dewasa ? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini mungkin bagi kalian juga sering muncul. Pas lagi ngelamun, pas lagi (maaf) be'ol (soalnya seringkali inspirasi timbul pas perjuangan ini... :p ), pas ngga ada kerjaan, pas apa saja. Apa aku sudah cukup dewasa, atau apakah aku lebih dewasa dari si anu? Atau si anu lebih dewasa darisi itu yang kelihatannya kekanakan ?
Iklan rokok bilang "jadi tua itu pasti, jadi dewasa itu pilihan". Benarkah seperti itu ? Ada sebuah diskusi menarik (lagi-lagi pake YM!) tentang kedewasaan ini, yang dimulai dari pengenalan dan pemahaman konsep. Begini ceritanya...

catatan :
general_suharto = me !
sorry, lagi-lagi nama temen chat aku sensor demi keamanan nasional :p


general_suharto (9:17:20 AM): sebenarnya yang paling penting adalah mengerti konsep
general_suharto (9:17:34 AM): kalo mulai belajar dari konsep, semua akan lancar
septiaxx (9:18:11 AM): iya apalagi klo pelajaran hitungan
septiaxx (9:18:39 AM): meskipun soalnya dibikin yg kyk gimana pun
septiaxx (9:18:47 AM): kita tetep bisa ngerjainnya
general_suharto (9:18:53 AM): tebul
general_suharto (9:19:38 AM): nantinya ketika menghadapi sebuah permasalahan kita akan terbiasa mengatasinya secara konseptual
general_suharto (9:19:47 AM): pemahaman masalah akan lebih mudah
septiaxx (9:24:19 AM): betul itu
general_suharto (9:26:11 AM): soale daripada ngapalin rumus sampe berbusa-busa tapi konsepnya ngga kepegang bakalan gampang lupa
septiaxx (9:26:43 AM): iya sih
septiaxx (9:26:55 AM): percuma hafal rumus klo gak tau penerapan nya
general_suharto (9:27:25 AM): betul itu
general_suharto (9:27:30 AM): seperti kehidupan ini


Nah, aku sendiri meyakini bahwa konsep memegang peranan penting dalam kelanjutan pemahaman permasalahan secara keseluruhan. Karena konsep merupakan sebuah pondasi dalam berpikir. Dengan pemahaman terhadap suatu konsep bisa dibilang 70 % bagian permasalahan sudah di tangan. Sisanya adalah bagaimana konsep tersebut diterapkan menjadi sebuah keputusan. Dan pemahaman konsep ini nggak cuman dalam ilmu akademis yang berhubungan dengan rumus dan perhitungan matematis. Dalam kehidupan ini, konsep juga memegang peranan dalam memberikan arah pada kita. Mau jadi apa kita nantinya, tergantung bagaimana kita memahami konsep kehidupan kita masing-masing.


general_suharto (9:28:17 AM): kalo kita nggak tau bagaimana menerapkan pelajaran yang kita dapatkan dengan bijaksana, hidup akan terasa sulit
septiaxx (9:28:43 AM): masa sih??
general_suharto (9:29:42 AM): iya. orang hidup harus bisa menemukan pelajaran dari kehidupannya untuk kemudian dengan bijaksana memfilter yang didapatkan sehingga pelajaran yang baik akan bisa dia gunakan
septiaxx (9:31:38 AM): klo dia blom ngambil hikmah dari apa yg tlah dia lakuin, gimana hayo??
general_suharto (9:33:26 AM): kita sendiri kadang ngga tau apa kita sudah melakukannya ato belum
general_suharto (9:33:37 AM): karna yang akan merasakan itu kita sendiri
septiaxx (9:33:57 AM): emg gitu??
general_suharto (9:34:24 AM): aku sendiri pernah mengalami konflik batin tentang apa sih aku ini sebenarnya, dan mau kemana aku
septiaxx (9:34:49 AM): solusinya gimana?/
general_suharto (9:35:15 AM): jadi pas itu, aku sampai bingung, begini ceritanya
general_suharto (9:37:22 AM): aku termasuk orang yang idealismenya tinggi
general_suharto (9:37:46 AM): nggak pernah ninggalin ibadah, selalu berusaha baik sama orang, ngga perduli orang itu jahat padaku
general_suharto (9:37:55 AM): yah, pokoknya ideal lah
septiaxx (9:38:08 AM): trus
general_suharto (9:38:38 AM): sampe aku mencapai keadaan dimana aku merasa kecewa dengan segala idealisme aku
general_suharto (9:39:34 AM): aku merasa, bahwa ternyata idealisme aku nggak bisa menjadikan aku mendapatkan apa yang aku inginkan
general_suharto (9:42:38 AM): tapi keadaan menjadi kelihatan buruk ketika aku membandingkannya dengan idealisme yang aku bangun
general_suharto (9:43:10 AM): seolah apa yang aku lakukan selama ini nggak berjalan dengan benar
general_suharto (9:43:32 AM): bahkan seolah timbul kekecewaan dalam diri aku
general_suharto (9:43:41 AM): kalo aku jahat sekalian gimana
general_suharto (9:44:37 AM): dari kekecewaan itu timbul niat yang agak menyimpang
septiaxx (9:44:59 AM): apa tuh?/
general_suharto (9:45:59 AM): seolah ada dorongan begini : ngapain aku baik sama teman kalo yang ngga baik aja, bisa berteman juga
general_suharto (9:46:25 AM): ngapain aku ibadah susah2 kalo yang ngga ibadah hidupnya keliatan lebih menyenangkan
general_suharto (9:46:34 AM): sampai seperti itu
septiaxx (9:47:24 AM): koq bisa sih
septiaxx (9:47:29 AM): kyk gitu
general_suharto (9:47:44 AM): nah, itulah...
general_suharto (9:47:56 AM): tapi dari sana aku secara pribadi bisa ambil banyak pelajaran
septiaxx (9:49:08 AM): brarti kmu dah dewasa donk ya
general_suharto (9:49:34 AM): kedewasaan nggak bisa ditentukan dengan satu aspek saja
general_suharto (9:49:47 AM): aku masih merasa belum cukup dewasa.
septiaxx (9:52:25 AM): masa sih
septiaxx (9:52:52 AM): tp kan klo dia udah bisa ngambil hikmah dr apa yg tlah dia lakuin
septiaxx (9:53:05 AM): tuh brarti org tsb dah mulai bernjak dewasa
general_suharto (9:53:31 AM): minimal beranjak
general_suharto (9:53:50 AM): mungkin kamu sendiri pernah mengalaminya, walau kamu ngga menyadari hal itu
general_suharto (9:57:19 AM):
septiaxx (9:59:40 AM): iya sih
septiaxx (9:59:50 AM): thx ya


Nah !
Bener nggak sih aku sudah dewasa ? Aku rasa tidak, minimal belum. Aku sendiri berpendapat bahwa aku belum cukup dewasa. Aku baru sampai pada tahap "beranjak" dewasa. Transisi dari fase remaja ke fase dewasa. Banyak aspek yang harus dipenuhi sehingga fase kedewasaan itu terraih. Aspek itu juga ngga semua orang sama pencapaiannya.
Kedewasaan juga nggak bisa ditentukan dari segi fisik saja, misalnya terjadinya perubahan bentuk organ tubuh de el el. Sampai sekarang aku belum menemukan pengertian kedewasaan yang standar secara universal. Mungkin belum ketemu saja.
Bagiku, kedewasaan seseorang tingkatnya tidak sama. Kemampuan seseorang mencapai kedewasaan berbeda satu sama lain. Pemahaman kedewasaan ini pun berbeda-beda. Pemahaman ini berjalan berbanding lurus dengan waktu. Namun Hasil yang diperoleh belum tentu berbanding lurus. Bisa saja orang dengan paras dewasa, ternyata sikapnya masih sangat kekanakan bagi orang lain. Atau malah sifat kekanakan tersebut ternyata lebih dewasa daripada anggapan orang lain. Konsep ini memang agak rumit untuk dijabarkan. Dan diskusinya pun ngga bakalan selesai dalam waktu 1 atau 2 jam sampe berbusa-busa. Konsep kedewasaan sepatutnya menjadi sebuah pemahaman yang melibatkan tidak hanya pikiran dan akal sehat, tetapi juga hati dan kemauan yang ditimbulkan dari perasaan yang bersih dan mau menerima masukan dengan lapang dada.

Sekarang giliran kamu, seberapa dewasakah kamu ?

16.1.04

Paradox

Bloggin' lagi

Sudah 4 hari ngga bloggin' rasanya sudah 96 jam. Memang baru dua mingguan sih aku bloggin'. Tapi rasanya sudah lebih dari 14 hari ! Aneh kan. dan sampe sekarang aktifitas bloggin' ini bagiku belom bisa menjadi budaya. Walo kadang asyik juga nulis apa saja (kaya gini) yang pengen aku tulis. Aku pernah baca kalo budaya bloggin' ini selain bisa bikin pikiran tenang (bayangin, mo maki2 orang , mo ngomong2 jorok, mo nangis, berlagak cengeng, gembira, sok romantis de el el ngga ada yang berhak protes. palingan nulis di shout box, trus di hapus :p ), juga bisa melatih imajinasi kita.
Imajinasi
Sesuatu yang setiap orang pasti punya, hanya mungkin belum bisa mengendalikannya. Belum bisa menuangkannya ke dalam bentuk, yah minimal, verbal. Aku sendiri masih sulit untuk melakukan itu. Aku masih mencoba.
Kaya kemaren, diskusi soal busway di conference yahoo...

dedi_i (2:25:12 PM): suryo
dedi_i (2:25:16 PM): gimana tuh busway
s_sucipto (2:25:29 PM): ya pak dedy
s_sucipto (2:25:45 PM): buswaynya sudah jalan, masih gratis
dedi_i (2:26:24 PM): wah asik
schvenska (2:26:26 PM): enak nggak pak suryo ?
dedi_i (2:26:28 PM): pasti berebut tuh ya
s_sucipto (2:27:05 PM): dedi_i: pasti berebut tuh ya>> aku pas di persimpangan Sudirman (semanggi) jadi gak naik busway
wbudis (2:27:06 PM): hari ini yaaa
guybrush1979 (2:27:16 PM): busway itu apanya subway yah
guybrush1979 (2:27:31 PM): dulu katanya jkt mau bikin subway , kok malah busway
schvenska (2:27:42 PM): beda huruf gak papa
dedi_i (2:28:23 PM): guybrush1979: dulu katanya jkt mau bikin subway , kok malah busway >> sak sak e bang yos
s_sucipto (2:28:36 PM): kalo subway, buswaynya jalannya mundur...
prince_khan32 (2:28:46 PM): Bang Yos << kok iso2ne jek dadi gubernur
dedi_i (2:29:20 PM): hahaha biasa mas ... uang.. ehm
schvenska (2:29:52 PM): uange akeh yo ?
schvenska (2:29:59 PM): piye golek uang akeh ?
guybrush1979 (2:30:28 PM): mending aku jadi gubernur
autogebet (2:30:41 PM): dhuwik melulu... emangnya cuman dhuwik doang yg dipikirin... (tapi emang bener sih)
dedi_i (2:30:42 PM): ra usah di golek i nemen2, asal niate lurus mengko teko dewe uange dengan halal dan toyib
s_sucipto (2:30:45 PM): schvenska: piye golek uang akeh ? >> Jadi GUbernur JKT DULU
dedi_i (2:31:19 PM): s_sucipto: schvenska: piye golek uang akeh ? >> Jadi GUbernur JKT DULU >> nek pelajarane pak heri.. ini namanya statemen paradox
prince_khan32 (2:31:21 PM): uang halal -> barokah -> selamat dunia akhirat
schvenska (2:31:31 PM): berarti jadi gubernur = bisa kaya
dedi_i (2:31:36 PM): kalo pelajaran kita... paradox itu database standar delphi
schvenska (2:31:38 PM): ato kaya = bisa jadi gubernur ?

gubernur = bisa kaya ato kaya = bisa jadi gubernur ?
mana ini yang benar? ato memang budaya di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini yang menghalalkan segala cara untuk masuk ke kekuasaan? ato orang menjadi kaya karena berkuasa? Kalau di negeri bule, setahu aku, orang menjadi kaya dulu baru dia bisa masuk ke pemerintahan atau jadi wakil rakyat. Jadi bukannya mencari makan dengan menjadi wakil rakyat. Beberapa tahun lalu, dengan berdirinya KPKPN, aku pikir, lumayanlah, sedikitnya ada usaha. Tapi tenyata sama saja. Nggak ada beda. Bahkan lebih parah. Terutama menjelang pemilu 2004 in.
Bayangin aja, ada calon anggota Dewan Perwakilan Daerah yang TIDAK SEHAT ROHANI, cenderung Schizophrenia (halusinasi) dan Pshycopatic (entah tulisannya gimana !). Mengerikan. Wakil rakyat kok edan ! Apa kita yang waras rela diwakili orang edan ???kecuali kita edan juga.
Masih ada kecenderungan yang kuat untuk mencari makan dengan menjadi penguasa. Jadi, gimana kalo kita jadi penguasa juga, biar kaya? ato kita jadi kaya dulu, trus berkuasa, sehingga kita bisa meningkatkan harkat hidup orang banyak dengan membuat mereka menjadi kaya seperti kita melalui kebijkasanaan kekkuasaan.
Percaya nggak percaya, tergantung bagaimana anda menyikapinya.

12.1.04

Senyum pada orang tua tanda sayang....
Senyum pada anak-anak tanda kasih.....
Senyum pada kekasih tanda cinta......
Senyum pada komputer itu mah tandanya gila....

Malam minggu (9/1). Nonton Filem dari VCD.

Judul filemnya adalah Analyze This dan Analyze That (sekuel). Yang main Robert De Niro, Billy Cryztal sama Lisa Kudrow, yang main di serial Friends. Original, soalnya kalo nggak original suka pusing-pusing (hehehe....).
Pertamanya sih aku pikir ini filem serius banget. Apalagi pembukaannya menggambarkan kisah gangster mafia italia (mobster) jaman dahulu. Lengkap dengan tembak-tembakan dan bunuh-bunuhan. Ternyata cerita yang dibawanya nggak melulu serius, apalagi bikin nangis. Malah banyak action yang bikin ketawa. Lucu. Tapi dikemas secara serius. Ato serius tapi dikemas secara komedi. Aku sih nyebutnya "komedi cerdas".
"These are MUST SEE MOVIES". Itu pendapat aku. Bener-bener filem yang WAJIB ditonton. Kenapa aku bilang wajib ditonton? Ini jelas bukan pesan sponsor apalagi ancaman. Tapi ada beberapa alasan yang mendasari aku bilang seperti itu. Berikut ini adalah beberapa hal yang aku rangkum untuk menunjukan kenapa predikat filem itu aku berikan.

1. Acting
Robert De Niro yang berperan sebagai Ben Sobol, seorang psikiater yang biasanya menangani pasien ibu-ibu rumah tangga yang depresi atau pasien dengan gangguan psikis sederhana, harus berhadapan dengan Paul Viity (Billy Cryztal) seorang bos mafia italia yang sedang mengalami tekanan mental karena ada orang yang ingin membunuhnya. Akting kedua aktor ini benar-benar prima. Alami dan begitu nyata. Oscar Level Actor menurut saya. Hampir tanpa cela. Mungkin malah akting Liza Kudrow yang paling "njomplang" menurut aku. Agak kaku dan terkesan dibuat-buat. Apalagi gaya bicara di serial Friends tetap dipakai dalam filem ini. Tapi untung saja bisa ditutupi dengan kepiawaian kedua aktor utama tadi.

2. Screen Play
Pengambilan gambar dalam filem ini aku bilang prima adalah karena dilakukan tanpa merusak alur cerita. Spesial efek yang nggak perlu ato dibuat-buat...seperti filem matrix misalnya, sengaja tidak ditampilkan di filem ini sehingga membuat ritme cerita filem ini tetap terjaga. Kelucuan yang dibangun pun nggak sampe bikin lepas jalur cerita. Sederhana tapi tetap menjaga irama.

3. Scenario
Skenario yang membatasi jalur filem ini juga bisa dikatakan brilian, dengan membuat situasi serius kedalam komedi yang cerdas. Sangat Manis. Konflik-konlik yang terjadi tidak dibiarkan begitu saja tanpa penyelesaian. Bagian-bagian cerita terjalin menjadi satu kesatuan yang saling berkaitan. Konflik yang timbul menjadi bumbu cerita sekalipun konflik yang terjadi bukan menjadi bahan utama filem. Misalnya tentang bagaimana Liza Kudrow sebagai istri de Niro yang keberatan dengan kedekatan suaminya dengan mafia. Konflik ini memang bukan penentu jalan cerita, tapi mampu disajikan dengan manis tanpa membiarkannya berkatung-katung.

4. Lesson
Filem ini nggak cuman menampilkan kehebatan akting dua aktor kawakan tersebut. Aku setidaknya ngambil 3 pelajaran yang tersirat dari filem ini.

Pertama, filem ini banyak mengetengahkan permasalahan yang berkaitan dengan masa lalu seseorang, utamanya yang berkaitan dengan hubungan antara orang tua dan anak. Seringkali kita sebagai anak nggak ngerti ato nggak mau ngerti (karena ego) tentang apa yang diharapkan orang tua kita. Bapak maupun Ibu. Anggapan anak adalah jadi apa kita itu urusan kita. no one can influence us what we will be. Tapi buntut-buntutnya, perasaan menyesal karena nggak mau nurut orang tua justeru hadir ketika kita ditinggalkan. Aku juga pernah ngalamin yang begitu pas ditinggal bapak. Kalo bisa ambil hikmah dari itu, sebenarnya malah bisa bikin improvement pada diri kita. Buktikan yang terbaik. Kalo Robert De Niro selalu merasa berada di bawah bayang-bayang bapaknya, ketika bapaknya meninggal dia baru sadar bahwa memang dia nggak bisa lepas dari pengaruh bapaknya. Bapaknya adalah idola bagi dia, walo dia menganggap punya bapak yang sukses akan bikin dia tenggelam. Sementara itu Paul de Vitty selalu merasa bersalah karena dia nggak bisa menyelamatkan orang tua dan keluarganya yang ditembak di depan matanya. Dia nggak menyadari kalo sebenarnya bapaknya punya maksud untuk mengeluarkan dia dari lingkungan mafia. Lepas dari lingkungan kriminal yang penuh kekerasan. Yang dia adalah dia harus membalas kematian bapaknya dengan menjadi mafia juga.
Ini bukan renungan untuk kita tergantung pada masa lalu. Tapi seperti istilah Bung Karno dengan "Jas Merah"-nya alias Jangan Sampai Melupakan Sejarah. Sejarah adalah salah satu pelajaran yang sangat berharga, karena di dalamnya tersirat masa depan kita (ThenMust, 2004).

Kedua. Rapinya kerja Mafia Italia (mobster). Perencanaan kerja yang sangat matang menghasilkan hasil yang sempurna. Melihat cara kerja mafia yang sangat rapi dan memikirkan segala kemungkinan dengan sangat seksama membawa aku pada kekaguman akan kehebatan seorang pemimpin. Apabila dianalogikan sebagai sebuah perusahaan besar, bos mafia ini digambarkan sebagai diektur ato manajer dengan kemampuan manajerial perfect. Seorang manajer yang brilian harus tanggap pada kemungkinan dan resiko yang akan dihadapi. Membuat rencan dibalik rencana adalah salah satu poin penting yang harus dimilik manajer yang baik. Jadi memandang sebuah permasalahan bukan dari satu aspek, tapi dari banyak aspek, banyak sisi, dengan banyak kemungkinan penyelesaian dan menentukan pilihan penyelesaian dengan manis. Tepat sasaran tanpa menimbulkan masalah lain (seperti jingle pegadaian, menyelesaikan masalah tanpa masalah..haha), tapi justru dengan mencari peluang keuntungan dibalik masalah yang dihadapi tersebut. Rapi, terrencana, brilian dan tepat sasaran.

Ketiga. Ini agak melankolis. Satu lagi pelajaran kehidupan yang tersirat dalam filem ini adalah sikap seorang istri (Liza Kudrow) kepada suami (Robert De Niro). Jelas tergambarkan liza sebagai istri yang kurang tabah menghadapi masalah yang dihadapi suaminya. Justru dia seringkali menjadi penambah pikiran de Niro. Tuntutan untuk menjauhi de Vitty, menimbulkan kebingungan tersendiri pada de Niro. de Vitty adalah gembong mafia yang pasti tega melakukan apa saja demi keinginannya tercapai. Bagi de Niro atau Ben Sobol, menolak de Vitty sama saja bunuh diri. Tapi Ben sangat mencintai istrinya. Sutradar cukup jeli dengan memanfaatkan keberatan seorang istri yang melihat suaminya dekat dengan mafia. Kalau saja cerita dibuat istrinya tidak kontra dengan kedekatan de Niro pada mafia, ceritanya tentu akan biasa saja. Tidak akan ada konflik yang terjadi. Dan bumbu filem ini jadi kurang garam. Namun dalam kehidupan nyata, aku rasa pengertian antara individu pasangan menjadi syarat mutlak bertahannya sebuah hubungan. Justru dengan pengertian dan saling percaya, masalah yang dihadapi pasangan akan menjadi lebih ringan. Yang dihadapi de Niro adalah menakutkannya dunia mafia ditambah dengan paniknya sang istri yang nggak pengen dia deket mafia. Sangat menarik bagaimana dia mengatasi konflik-konflik yang seolah bertubi-tubi menyerbu dirinya. Bahkan sampai digambarkan dia sebagai psikiater yang butuh konsultasi psikologis. Lucu memang, tapi menarik.

Penutup

Itu semua pendapat aku tentang filem ini. Akting yang mantabh (saking mantapnya, pake "bh" hehehehe...), screen play yang bagus, serta skenario yang cerdas membuat filem ini aku kasih predikat MUST SEE MOVIES. Jarang sekali aku ngasih rekomendasi buat sebuah filem dengan predikat seperti itu. Dari sedikit itu, ada Truman Show-nya Jim Carrey. Kapan kapan aku bahas di lain tulisan.
Kalau bisa aku gambarkan Analyze This dan Analyze That ini adalah "Komedi cerdas tentang kehidupan yang disajikan secara manis oleh dua Oscar Level Actor dengan latar belakang kehidupan mafia di jaman modern kota New York".

8.1.04

Cinta adalah Kompromi

Pagi ini aku dapat pelajaran berharga....coba lihat nih :

noniexxxx (9:43:50 AM): cinta adalah
noniexxxx (9:43:50 AM): kompromi
noniexxxx (9:43:50 AM): dengan dirimu
noniexxxx (9:43:50 AM): bahwa dia sesuai untuk
noniexxxx (9:43:50 AM): mata mu
noniexxxx (9:43:50 AM): hati mu
noniexxxx (9:43:50 AM): pikiran mu
noniexxxx (9:43:50 AM): tangan
noniexxxx (9:43:53 AM): mu
noniexxxx (9:43:57 AM): dan semua indera
noniexxxx (9:43:57 AM): ....
noniexxxx (9:44:12 AM): hingga kompromi mu dengan
noniexxxx (9:44:14 AM): teman2
noniexxxx (9:44:17 AM): keluarga
noniexxxx (9:44:22 AM): dunia mu

Bener sekali bahwa kita harus cukup bijak untuk menyikapi rasa cinta sebagai sebuah kompromi. Sebuah pengecualian dalam diri kita. Sebuah exceptional acceptance pada idealisme pikiran kita.

Menarik.

7.1.04

Ada yang tau artinya ini nggak :

Um sorriso nada custa… mas fornece muito. Enriquece a quem recebe, sem deixar mais pobre aquele que o dá.
Dura só um momento. Entretanto, deixa uma lembrança que permanece para sempre Celine Opps
from Rio de Janeiro Brazil

hahahaha...aku sampe jadi inget iklan di tipi tentang penguasaan bahasa asing... jadi pengen malu neih. *kedip*

3.1.04

Malam minggu pertama 2004...

(Masih juga) Sendiri...
Walo benernya nggak masalah bagi aku

Kan ada Gebyar BCA..
Kan ada Welcome dance...
Kadang fitness boljug tuh

tapi
(Masih juga) Sendiri...

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

(poem by sapardi djoko p. that inspires me)

Hari ini adalah hari ketiga tahun 2003. Dan juga merupakan hari ke 11 aku berusia 23 tahun.
(Ternyata aku masih imut ! hihihihi...). 23 tahun, pas seperti tanggal ultah aku yang 23 juga.
Tahun ini memang dalam rencana jangka panjang aku gak ada jadwal yang harus aku lakukan.
Karena rencana jangka panjang terakhir terjadi 3 tahun lalu. Trus selanjutnya masih 2 tahun lagi.

Tapi 23, kayanya angka yang tepat buat nentukan bagian hidup aku. Maksud aku, mulai menjadi
serius pada diri aku sendiri. Jadi makin keras pada diri sendiri, kemalasan, kekacauan yang aku
bikin :) dan apa saja yang bikin aku keliatan nggak serius. walo dasarnya aku serius tapi kelakuan
yang nggak serius bikin aku keliatan bodoh (ternyata). Walo aku kadang menikmati anggapan
seperti itu dengan menunjukkan sikap yang sebaliknya dari kemampuan aku sebenarnya, tapi, aku
pikir sudah waktunya aku menyudahi hal itu. Sikap = kemampuan.... Apalagi aku cuman
punya 2 tahun buat rencana besar aku yang selanjutnya...Hidup 23 tahun...